7 Gerbong kereta unik dan bersejarah di Indonesia

1. Gerbong kereta Monorel
gerbong monorel

Foto Prototipe Kereta Monorel UTM-125 Buatan Dalam Negeri. Satu lagi Kereta monorel karya anak bangsa diluncurkan selain KRI Klewang Kapal Perang Berteknologi Siluman TNI AL dan Sea Ghost Project.
Prototipe dari kereta monorel produk PT Melu Bangun Wiweka, Tambun, Bekasi, Jawa Barat, diperkenalkan kepada awak media  04/02.
Prototipe monorel ini mampu menarik enam rangkaian ini, dapat mengangkut hingga 130 penumpang, dengan biaya pembuatannya lebih murah 75 persen dibanding dengan monorel produk luar negeri. Pakar Teknik Konstruksi dan Mesin dari Universitas Indonesia Kusnan Nuryadi memberi nama monorel buatannya sebutan Urban Transit Monorail (UTM-125).
Satu gerbong panjang 13.2 meter gerbong penumpang tengah sepanjang 12 meter, dengan jarak antar gerbong 0.7 meter. Di dalam gerbong disiapkan 22 kursi duduk dan pegangan tangan untuk penumpang berdiri.
Monorel ini memiliki dua pintu penumpang dan satu pintu darurat di moncong kereta. Pintu darurat digunakan jika terjadi sesuatu dalam perjalan. Penumpang bisa langsung pindah ke monorel bantuan datang melalui pintu darurat, tanpa turun dari monorel.
Driver di kabin bisa mengontrol laju kereta secara manual atau otomatis. Monorel ini memiliki daya motor penggerak 260 kilo watt atau setara 350 tenaga kuda.
Teknologi roda peluncur mirip ban truk, dua bagian roda ini dipasang tepat di bawah gerbong kereta. 12 roda ban penyeimbang dipasang di samping dan mengapit erat trek lintasan. Ukuran roda penyeimbang lebih kecil dibanding roda peluncur, dengan jumlah enam ban di masing-masing sisi kanan dan kiri.


2. Gerbong Batik
gerbong batik

Indonesia punya gerbong kereta bercorak batik. Gerbong bertema batik tersebut diluncurkan oleh PTKAI pada tanggal 27 dan 28 Juli lalu.
Dua gerbong batik, masing-masing ada di KA Sancaka rute Yogyakarta-Surabaya dan KA Gajayana rute Malang-Jakarta. Gerbong-gerbong ini berfungsi sebagai gerbong makan atau restoran. Semua penumpang yang ingin makan di sini tak lagi bosan dengan memandangi interior dengan warna standar karena sudah dipoles cantik dengan gambar batik.
Keunikan motif batik ini pun mendapat perhatian dari traveler. Tak jarang traveler yang mengabadikan foto di depan gerbong. Gerbong batik di KA Sancaka memiliki motif sederhana berwarna merah, kuning dan putih.
Sedangkan gerbong batik di KA Gajayana didominasi dengan warna ungu dan putih. Jenis batik yang ada di gerbong ini adalah Bekisar dan Truntum, jenis motif khas daerah pesisir. Pastinya saat traveling dengan dua kereta ini, pelancong pasti makin cinta dengan Indonesia.


3.Gerbong khusus wanita
gerbong khusus wanita
 
"Karena ada peningkatan penumpang yang cukup pesat maka satu rangkaian kereta khusus wanita itu kami hapus. Kami melihat rangkaian kereta khusus wanita pada jam sibuk sangat penuh, tapi tak sepadat rangkaian reguler," kata Eva Chairunnisa, juru bicara PT KAI Commuter Jabodetabek.
Berita terkait. Kereta khusus wanita diluncurkan Oktober 2012 dalam upaya untuk meminimalkan kasus-kasus pelecehan seksual di moda transportasi ini.
Selain meluncurkan kereta khusus wanita KAI Commuter Jabodetabek juga menyediakan dua gerbong di setiap jalur untuk kaum perempuan, yang diletakkan di gerbong paling depan dan belakang.
Gerbong khusus wanita ini, menurut Eva, tidak akan dihapus. "Jadi kami masih akan menyediakan gerbong ini untuk para penumpang wanita di rangkaian reguler," katanya.
Saat ditanya apakah kasus-kasus pelecehan menurun dengan kereta dan gerbong khusus wanita ini, Eva mengatakan, "Kami tidak ada data. Awalnya memang kami tidak berangkat dari kasus, tapi kami ingin mencegah kasus itu terjadi."


4. Gerbong maut Bondowoso
gerbong maut bondowoso

Setelah mendapat perintah langsung dari Komandan J Van den Dorpe, Kepala Penjara   mengumpulkan semua tahanan yang telah tercatat namanya.  Pada Sabtu, 23 November 1947, jam 04.00 WIB, tahanan yang tercatat dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara. Rincian tahanan adalah sebagai berikut: rakyat desa (20 orang), kelaskaran rakyat dan gerakan bawah tanah(30 Orang),    anggota TRI     (30 orang), dan tahanan rakyat serta polisi (20 orang). Pada jam 05.30
WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 oarang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru.
Pada jam 07.00 WIB kereta dari Situbondo datang. maka, saat itu juga gerbong digandeng. Menurut Ru Munawar yang masuk gerbong pertama, setelah gerbong dikunci, keadaan menjdi gelap gulita dan udara tersa panas walaupun masih pagi. Jam 07.30 kereta bergerak menuju Surabaya. tepat di Satsiun Taman, mulai terjadi peristiwa memilukan, Kiai Samsuri 50 Tahun, membanting-bantingkan tubuhnya sambil berteriak kepanasan. Jangankan diisi 30 Orang, 10 orang saja sudah terbayang panasnya. gedoran-gedoran para tahanan sudah tidak digubris bahkan dijawab dengan bentakan pedas; �Biar kalian mapus semua, hai anjing ekstrim!, atau �Di sini tidak ada makanan dan air minum, yang ada cuma peluru�.
Ketika tiba di Stasiun Kalisat, gerbong tahanan harus menunggu kereta dari banyuwangi. Selama dua jam para tahanan berada dalam terik matahari. Akhirnya pada jam 10.30 WIB kereta baru berangkat dari Jember ke Probolinggo. Setelah meningglkan Jember di siang hari, suasana gerbong bagaikan didalam neraka karena atap dan dinding gerbong terbuat dari plat baja.Banyak terjadi peristiwa diluar batas kemanusiaan, misalnya guna mempertahankan hidup dari kehausan sebagian para tahanan terpaksa meminum air kencing tahanan yang lainnya.
Mendekati Stasiun Jatiroto, Allah SWT menebarkan rahmat-NYA. Hujan yang cukup deras dimanfaatkan para tahanan yang masih hidup untuk meneguk tetes demi tetes air dengan menjilat tetesan air yang berasal dari lubang-lubang kecil.Tidak demikian halnya dengan gerbong ketiga GR10152. karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan tetesan air sedikitpun. Ketika sampai di Surabaya, dalam gerbong ketiga (GR10152) tidak ada satupun yang hidup.
Setelah menempuh perjalanan selama 16 jam, Gerbong Maut sampai di Stasiun Wonokromo. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Setelah didata, di gerbong I No. GR 5769 sebanyak 5 sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II No. GR.4416 sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III No. GR. 10152 seluruh tawanan sebanyak 38 orang meninngal semua.
Para tahanan yang sehat dipaksa menganggkut temannya yang sudah meninngal. Semua jenazah diletakkan secara sejajar. Setelah dievakuasi, lalu diangkut ke truk yang telah disediakan. Jenazah harus diangkut dengan sangat hati-hati sebab kalau tidak maka daging jenazah akan mengelupas akibat kepanasan.


5. Gerbong Presiden Soekarno
gerbong Soekarno

Masuk ke dalam kereta api satu ini seakan terlempar mundur di dalam dimensi waktu. Sebuah papan di dalam gerbong penumpang bertuliskan "1930" kembali menegaskan nuansa yang terbentuk
Inilah kereta bersejarah, saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia di masa-masa kemerdekaan. Kereta yang disebut sebagai Kereta Api Luar Biasa atau KLB Presiden tersebut mengingatkan pada film-film jadul. Kereta api kayu dengan lokomotif uap.
Sesuai sebutannya, kereta ini pernah dinaiki presiden pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno. Anda bisa menemukannya di Museum Transportasi yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Tak sekedar melihat, pengunjung juga bisa masuk ke dalam salah satu rangkaian kereta. Ya, kereta ini terbagi dalam beberapa rangkaian. Salah satunya bisa dimasuki, sementara satu lagi tertutup bagi pengunjung. Kereta didominasi oleh kayu, dengan cat dominan warna hijau di luar dan krem di dalam gerbong.
Kedua kereta tersebut adakan kereta IL 7 dan IL 8 pernah ditumpangi Soekarno saat menjadi Presiden RI bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kereta ini menjadi saksi sejarah perjalanan yang ditempuh Soekarno, Hatta, dan beserta menteri kabinet saat harus pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Mereka naik kereta tersebut melewati jalur selatan Pulau Jawa. Saat itu, di tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah Republik Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta dari sebelumnya Jakarta. Belanda yang datang kembali dengan membonceng tentara sekutu membuat keadaan tak aman.
Diam-diam, di malam hari itu, Soekarno dan keluarga beserta Hatta dan jajaran kabinet pun melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Pagi keesokan harinya, mereka pun tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta dengan pekikan kemerdekaan.
Berapa usia kereta ini? Menurut data yang tercantum di papan informasi, kereta IL 7 dan IL 8 dibuat tahun 1919 di bengkel kereta Staatspoorwegen yang berada di Belanda. Pada masa kolonial Belanda, kereta ini digunakan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.


6. Rumah makan dari gerbong
gerbong makan

Bertempat di Jl. Kaliurang KM 9,5. Tepatnya di sisi selatan Kantor Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Ada sebuah rumah makan yang diberi nama Rumah Makan Sepoer. Nah, rumah makannya memang dibuat atau ditampilkan dalam wujud sepur alias kereta api. Jika kita masuk ke rumah makan ini maka imajinasi kita akan masuk ke dunia perkeretapaian. Di situ kita akan mendapatkan ruangan yang dibuat benar-benar mirip gerbong kereta api. Mirip dalam bentuk, ukuran, cat, bahkan juga sampai pada bagian roda-rodanya. Di depan gerbong alias ruang makan itu kita juga akan mendapati lokomotif. Dengan demikian gerbong ruang makan itu seolah-olah memang ditarik oleh sebuah lokomotif.
Imajinasi dunia kereta api kita akan semakin lengkap jika kita melangkah ke ruangan yang lain di sisi ruang makan gerbong. Ruangan yang ukurannya lebih luas ini sangat mirip dengan ruangan sebuah stasiun. Di tempat ini juga ada ruang-ruang yang dibuat mirip dengan ruang-ruang di dalam sebuah stasiun. Ada ruang untuk kepala stasiun, ruang alat-alat, tongkat rambu yang biasa digunakan untuk memberi aba-aba kepada masinis, dan sebagainya. 


7. Kereta Pustaka Indonesia
kereta pustaka

Kereta Pustaka Indonesia adalah kereta khusus yang digunakan sebagai perpustakaan dan museum keliling. Kereta ini merupakan hasil modifikasi dari kereta barang B 80101. Kereta seri B 80101 yang mulai dinas pada tahun 1980 merupakan salah satu sarana angkut barang yang sangat efisien sebagai alat pengangkut yang ramah lingkungan serta daya angkutnya besar. Dahulunya kereta ini merupakan kereta rel diesel (KRD) kemudian dirombak menjadi kereta bagasi. Saat ini kereta tersebut kondisinya masih layak pakai dan siap operasi (SO). Proses pengerjaan kereta yang dilakukan di Balai Yasa Manggarai ini dimulai pada tanggal 22 Juni 2011 dan selesai pada tanggal 18 Juli 2011. Pengerjaan kereta ini dimulai dengan pengerjaan design bergambar 5 Stasiun cagar budaya yang berada di DKI Jakarta yaitu Stasiun Tanjung Priok, Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Manggarai, Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Jatinegara, serta ditambah dengan beberapa bangunan cagar budaya perkeretaapian, diantaranya Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu, Kantor SCS Tegal, Stasiun Kediri, Stasiun Cilacap dan Stasiun Cirebon. Proses perbaikan dan perencanaan desain yang ramah lingkungan dilakukan dalam memodifikasi kereta ini. Material kereta yang pada dasarnya terbuat dari baja membuat kesan panas dan berat ketika dibayangkan, dengan pemilihan bahan semi permanen serta ringan dalam proses modifikasi akan dapat merubah penilaian sehingga dapat berfungsi baik dengan prinsip ramah lingkungan, teknologi modern, nyaman, fungsional dan menarik. Di dalam kereta ini, pengunjung dapat membaca buku secara lesehan dan juga terdapat foto-foto bersejarah, setiap foto juga dilengkapi sejarah dan informasi mengenai stasiun terkait. Ada pula pemutaran film dan permainan yang bernuansa stasiun kereta api. Pameran tersebut juga didukung oleh beberapa museum di Kota Tua Jakarta yaitu Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Bahari. National Geographic Indonesia berpartisipasi pula menyumbangkan beberapa koleksi foto. Kereta ini juga dilengkapi dengan sebuah televisi 32 inch.


source:

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : 7 Gerbong kereta unik dan bersejarah di Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar